Sejarah
Singkat Berdirinya Sekolah Katolik
di
Batulicin Kalimantan Selatan
Selayang
pandang sejarah cikal bakal sekolah Katolik di Paroki St. Vinsensius a Paulo
Batulicin Kalimantan Selatan . Rm. Katijanarso, CM tanggal 1 November 1998
mulai bertugas di Batulicin menggantikan Rm. Rudy, CM romo paroki yang pertama
hanya bertugas 10 bulan. Selanjutnya selama bertugas di paroki umat Katolik,
umat Kristen, serta orang Tionghoa minta agar Gereja Katolik menyelenggarakan
sekolah Katolik. Pada mulanya Romo Katijanarso, CM tidak menanggapi usul
tersebut, karena pikirnya mengurus sekolah itu banyak persoalan lagi pula Romo
Katijanarso, CM tidak mempunyai latar belakang pendidikan dan di Jawa banyak
sekolah Katolik baik di Keuskupan Malang dan Surabaya banyak yang ditutup
karena sekolah Katolik di luar kota kekurangan murid.
Paroki
Batulicin adalah paroki muda, umatnya pendatang untuk bekerja dan banyak keluarga
muda. Setelah diteliti ternyata ada 16 keluarga muda yang semuanya punya anak
balita, antara 2,5 tahun—4 tahun, anehnya hampir semua anak mereka laki-laki.
Ternyata mereka memikirkan masalah pendidikan agama di sekolah. Karena dari
pengalaman kalau menyekolahkan anak mereka ke sekolah umum / negeri atau swasta
lain mereka tidak memperolah pendidikan agama Katolik.
Mulailah
kegiatan sekolah : Play Group dan TKK dengan nama TKK Taman Harapan. Semakin
lama berkembang, banyak peminat yang mendaftarkan anak-anak mereka, bahkan ada
dari umat muslim mendaftarkan, menyekolahkan anak-anak mereka di TKK Taman
Harapan. Tugas untuk mengelola sekolah ini kemudian ditangani oleh Rm.
Maryanto, CM sebagai pastor rekan dan Sr. Agnesia, PK. Romo Katijanarso, CM
pindah tugas di Katedral Banjarmasin. Sekolah tetap berjalan bahkan semakain
berkembang.
Maka Rm. Maryanto,
CM membangun gedung Play Group TKK Taman Harapan di belakang gereja dan
susteran, di tanah yang sudah dibeli oleh Rm. katijanarso, CM atas nama CM
Indonesia.
TKK sudah
meluluskan alumninya. Mereka bingung melanjutkanya, belum ada SD Katolik, maka
anak-anak yang sudah lulus masuk SD negeri dan swasta lainya. Murid TKK waktu
itu jumlahnya sampai 63 anak. Rm. Mariyanto, CM yang ada di Batulicin
mengusulkan kepada romo-romo CM yang ada di Kalimantan Selatan sebagai Domus CM
maslah pendirian SDK ( waktu itu ada 4 romo di Keuskupan Banjarmasin yaitu Rm.
Mariyanto, CM, Rm. Katijanarso, CM, Rm. Medi, CM dan Rm. Dodik, CM ) dan Rm.
Mariyanto, CM pindah tugas ke Jawa, kemudian diganti Rm. Sabas, Cm. Atas dasar
usulan Rm. Mariyanto, CM untuk mendirikan SD Katolik. Para romo CM yang ada si
Kalimantan Selatan memberanikan diri untuk mendirikan SD Katolik. Awal mulanya
juga minta pertimbangan-pertimbagan sana-sini, bahkan mau menyerahkan
penyelenggaraan atau pengelolaannya kepada Suster Putri Kasih atau Suster PK
namun tidak bersedia. Mau diserahkan suster SPM yang ada di Kotabaru juga
menolaknya, memang semuanya hanya wacana tidak ada permintaan resmi. Sampai
akhirnya Bapak Uskup Banjarmasin Mgr. Petrus Boddeng Timang, menghubungi Romo
Visitator CM di Surabaya untuk menangani sungguh-sungguh sekolah Katolik yang
ada di Batulicin. Maka Romo Visitator mengutus Romo Tetra, CM untuk mempelajari
situasi dan kondisi masyarakat di Batulicin, hasil dari survey Romo Tetra, CM
dilaporkan kepada Bapak Uskup Banjarmasin serta Romo Visitator CM bahwa sekolah
Katolik di Batulicin ada prospek yang baik untuk perkembangannya pada masa
mendatang, oleh karena itu CM Provinsi Indonesia mau mengambil alih untuk
mengurusnya dengan bangunan yang sangat megah ikut Yayasan Lazaris Surabaya.
Sumber : Tulisan Rm.
Katijanarso, Cm saat peresmian sekolah, 6 Oktober 2012